tulisan ini saya copas dari blog teman saya, yang saya benar benar terkesan saat membacanya dan menurut saya para perempuan yang istimewa perlu mengetahuinya,semoga bermanfaat... :)
Menurut saya, hubungan antar
manusia itu seperti apel dan pemetiknya.
Jadi seperti ini.
Di sebuah pohon apel, tentu ada apel yang
terlewat matang atau gagal matang; ia terkapar di tanah. Ada juga apel yang
indah dan matang; ia tergantung di bagian teratas pohon apel itu.
Nah, asumsikan yang menjadi pengambil apel itu
para penghuni planet mars, alias pria. Di planet itu, pekerjaan mengambil apel
itu dibanggakan. Ada dua tipe pengambil apel.
Pengambil apel pertama, yang mengambil sebuah
apel tak perduli bagaimana apelnya: walau apelnya terkapar ditanah, kalau masih
terlihat indah, ambil saja, toh masih apel dan tidak terlalu tersayat-sayat
rupanya. Pengambil apel ini mengambil apel dengan kondisi apapun, untuk menjaga
statusnya sebagai pengambil apel yang notabene sangat dihargai di planet mars.
“Status, man. Daripada nggak dapat apel, ambil saja yang ditanah, asal
mulus. Yang penting bisa dinikmati untuk sementara: dipegang, digenggam,
ditunjukkan ke pengambil apel lainnya. Toh, nanti akan ada apel yang beda lagi.”
Pengambil apel kedua mencoba menunggu sampai apel
siap dipetik. Ia mencoba untuk menunggu apel yang mulus diluar, crunchy
didalam, dan umumnya apel seperti itu terletak di bagian tertinggi pohon apel.
Sering dicemooh, sepertinya, pengambil apel ini. Terkadang, ia sering diejek
sebagai pemetik jeruk, karena terus berusaha mengambil apel yang diatas sana,
dan mencoba menghindari godaan untuk mengambil apel yang tepat ada di kakinya.
Pengambil apel ini berusaha untuk mengambil satu apel terbaik. “Satu apel.
Daripada mempermainkan apel yang sudah jatuh, lebih baik berusaha untuk yang
terbaik.”
Kembali ke apel.
Di suatu musim tertentu, ada beberapa apel yang
menjatuhkan diri ke tanah karena melihat pengambil apel yang ia sukai. Ada juga
yang di tanah karena sudah di tanah. Lalu, diambillah apel itu oleh pengambil
apel tipe pertama. Tidak perduli ia apa kata teman-temannya, yang penting, dia
sudah diambil oleh si pengambil apel, berstatus. Terkadang apel ini rela dijual
belikan begitu saja di pasar buah. Beda pedagang setiap hari, atau setiap
bulan, atau setiap 3 bulan. “Ayo, apel, apel”, ujar pedagang satu
dengan yang lainnya, atau, “Wah, aku lihat kamu sama apel yang baru di toko
sebelah sana. Apel baru ya?” |”Iya nih, apel baru. Cantik kan apel saya yang ini?”
Diwaktu yang sama, apel yang terletak dibagian
atas, bingung. Setahu dirinya dia indah, luar dalam. Apa yang salah? Mengapa
para pengambil apel memilih yang sudah jatuh dibawah? Apel yang ini lalu
mencoba mengubah dirinya. Tapi,
sadarlah, Apel yang diatas sana, kalau dirimu itu
berbeda dalam sudut pandang positif. Tidak ada yang perlu diubah. Tinggal
menunggu pengambil apel tipe kedua, yang rela dicemooh dan diejek si pemetik
jeruk. Jika suatu hari kalian bertemu, kalian pasti akan bersama. Tetap jaga
harga buahmu.